Home

Teknik Mengembangkan Bahan Ajar

Oleh

Syahwani Umar

1. Pendahuluan

          Kualitas suatu program pendidikan dan pembelajaran  dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kualitas guru, kualitas siswa, fasilitas/sarana, kurikulum dan media pembelajaran kuantitas maupun  kualitas. Peningkatan kualitas guru berkaitan dengan upaya pengembangan kompetensi profesi guru dan peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan kapasitas kemampuan, keterampilan dan sikap/nilai yang positif dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya. Dalam PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, menyatakan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan RPP. Salah satu elemen  dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu mengembangkan sumber  belajar dan salah satunya bahan ajar. Menurut laporan Dirjen Dikdasmen Depdiknas (2006) dikemukakan bahwa  masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.

Namun, yang menjadi persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah proses yang sederhana. Kenyataan ini disebabkan karena dalam pedoman kurikulum atau silabus, materi bahan ajarnya hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”. Selanjutnya, tugas gurulah untuk kemudian menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap.

Bahan ajar sebagai salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa pada setiap satuan pendidikan. Di lingkungan sekolah, terdapat berbagai model bahan ajar. Dan setiap model bahan ajar dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu;  mudah dipelajari siswa, sesuai dengan kemampuan siswa, ataupun praktis dan efisien dari segi biaya pengadaan.

Pertimbangan lainnya untuk mengembangkan bahan ajar karena setiap se-kolah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga guru dituntut mampu membuat mediabahan ajar dan dapat memilih bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Demikian juga pendistribusian  buku paket dari pemerintah yang tidak merata pada setiap sekolah dan belum dimanfaatkannya sumberdaya manusia di daerah dan di sekolah-sekolah khususnya guru, dan  perlu didayagunakan untuk mengembangkan bahan ajar. Jika kemampuan para guru dalam mengembangkan bahan ajar dapat diwujudkan, maka kemampuan profesional guru akan meningkat dan kebutuhan akan bahan ajar dapat dipenuhi.

Bahan ajar diperlukan oleh setiap guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar pada setiap bidang studi atau mata pelajaran, karena itu bahan ajar harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) dan dapat memenuhi kebutuhan siswa.

2  Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Belawati, T. 2005: 13;). Pengertian bahan ajar di atas mengindikasikasi bahwa buku atau program audio, video, dan komputer yang berisi materi materi pelajaran yang sengaja dirancang secara sistematis untuk keperluan suatu proses pembelajaran walaupun dijual dipasaran bebas, maka dapat dikategorikan bahan ajar. Menurut Panen, P & Purwanto (2001:6) bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar siswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi siswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak bagi siswa, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual. Biasanya bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh  siswa secara mandiri karena sistematis dan lengkap.

Meskipun secara teoritik, tahapan pengembangan bahan ajar hanyalah salah satu komponen dari keseluruhan sistem kurikulum dan pembelajaran, namun tahapan ini memiliki kedudukan strategis dan memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai kompetensi siswa yang telah ditentukan. Artinya bahwa kesalahan dalam memilih materi pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan aspek-aspek yang berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran. akan berimplikasi terhadap kesalahan dalam menentukan materi pokok, metode/strategi pembelajaran yang digunakan, media/sumber yang diperlukan dan jenis dan bentuk penilaian yang diterapkan.

Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa bahan atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.    

            Dengan demikian, bahan ajar adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun suatu bahan-bahan atau materi pembelajaran secara sistematis yang digunakan secara mudah oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.   3.3 Tujuan dan

3. Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar yang tersedia dan beragam akan sangat memberikan manfaat yang sangat besar kepada siswa yang menggunakannya, yaitu : memberikan suasana dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang, mendorong siswa agar memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber informasi dari guru. Dalam kaitan ini, Bank (1990) mengatakan bahwa informasi dan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang beragam akan memberikan kepada siswa berbagai perspektif yang kaya akan pandangan dan mampu mendorong berkembangnya pemahaman terhadap suatu perbedaan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan terbantu untuk memudahkan mereka dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Oleh karena itu, beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri,) antara lain: 1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, 2) Siswa tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh dan dipelajari, 3) Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, 4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, 5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa dan siswa dengan  siswa (Sanjaya, 2007).

Dari uraian tersebut, selanjutnya dikelompokkan manfaat bahan ajar :

3.3.1 Bagi Guru adalah :

3.3.1.1 Menghemat waktu guru dalam mengajar

3.3.1.2 Mengubah peran guru dari seorang pengajar  menjadi seorang

Fasilitator

3.3.1.3 Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif, interaktif

3.3.1.4 Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/pebelajar mandiri.

3.3.2 Bagi Siswa adalah :

3.3.2.1 Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain

3.3.2.2 Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia inginkan

3.3.2.3 Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri

3.3.2.4 Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

4 Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Dalam mengembangkan dan memilih bahan ajar sebaiknya memperhatikan Prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengembangkan bahan ajar. Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.  Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut:

4.1 Prinsip relevansi (keterkaitan).

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, apakah kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, waktu dan lokasi suatu peristiwa seperti nama-nama ibu kota propinsi atau nama-nama tokoh pahlawan? Jika ”ya” maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. Atau apakah berupa kemampuan menyatakan suatu pengertian/definisi, mengidentifikasi ciri-ciri/karakteristik sesuatu, membandingkan dan mengklasifikasi beberapa contoh objek seperti mendefinisikan apa itu gunung, apa ciri-ciri yang dimiliki gunung, apa bedanya gunung dengan pegunungan? Jika “ya” berarti materi yang harus diberikan berupa konsep. Dengan memperhatikan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.

4.2   Prinsip konsistensi (keajegan)

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa lima macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi lima macam.  Misalnya, siswa diminta menyebutkan masing-masing lima contoh alat transportasi yang ada di daratan, perairan dan udara. Dengan memperhatikan prinsip ini, guru akan mengetahui seberapa banyak rincian materi yang harus diajarkan serta melakukan kriteria pengukuran dan penilaian dari kemampuan siswa.

4.3  Prinsip kecukupan

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

5 Prosedur Pemilihan Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2007) bahwa prosedur pemilihan bahan ajar adalah : 1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Sebab setiap aspek dalam SK dan KD  terdapat jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran, 2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin), 3) Memilih bahan ajar  yang sesuai atau relevan  dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi, 4) Memilih sumber bahan ajar. Tahapan setelah menentukan jenis materi ialah menentukan sumber bahan ajar.

6. Komponen-Komponen Bahan Ajar

Komponen-komponen yang terdapat dalam bahan ajar sangat tergantung pada model bahan ajar yang dikembangkan. Ada beberapa model bahan ajar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan merancang suatu bahan atau materi pembelajaran yang akan digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Atwi Suparman (1990) dan Pannen & Purwanto (2001) menjelaskan bahwa bahan ajar  terdiri dari beberapa komponen utama sebagai berikut, (1) tinjauan mata kuliah, (2) penulisan/isi setiap bab bahan ajar, (3) daftar pustaka, (4) glosarium/glosari atau senarai.

Tinjauan mata kuliah merupakan gambaran isi keseluruhan mata pelajaran secara sepintas. Pada bagian ini terdiri bagian depan dari bahan ajar, namun penulisannya dapat dilakukan belakangan (menyusul) setelah seluruh bahan ajar disusun secara lengkap. Tinjauan mata pelajaran meliputi (1)deskripsi singkat mata kuliah merujuk pada pada GBPP/Silabus, (2) Kegunaan mata kuliah, (3) susunan (urutan) bahan ajar dari bab pertama sampai bab terakhir, (4) petunjuk bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar

Penulisan/isi setiap bab bahan ajar adalah sama dengan proses pembelajar-an yang dilakukan guru di depan kelas kepada siswa. Guru perlu membayangkan dirinya seolah berbicara kepada siswa. Dengan demikian, bahasa penulisan yang digunakan adalah bahasa dialog, komunikatif, sederhana dan tidak formal. Susunan bab perbab dan susunan komponen-komponen dalam setiap bab mencerminkan strategi instruksional yang lazim digunakan guru dalam pembelajaran, yaitu mulai dari (1) pendahuluan, (2) penyajian, dan (3) penutup. Pendahuluan meliputi  des-kripsi singkat atau gambaran umum tentang cakupan bab dimaksud. Penyajian meliputi uraian atau penjelasan materi  secara rinci, latihan bagi siswa setelah membaca uraian materi, dan rangkuman atau ringkasan dari konsep atau prinsip yang dibahas. Sedangkan penutup berisi umpan balik berisi petunjuk bagi siswa untuk dapat menilai sendiri hasil kerjanya, dan tes untuk mengukur penguasaan isi bab tersebut

Daftar pustaka memuat buku-buku atau sumber lan yang digunakan dalam menulis atau menyusun bahan ajar dan yang dapat menjadi acuan bagi siswa.

Glosarium/glosari atau senarai berisi daftar kata-kata teknis yang dianggap penting dan perlu dijelaskan. Senarai ini sangat membantu siswa dalam belajar secara mandiri. Biasanya, senarai ditempatkan pada bagian akhir dari bahan ajar.

 

   

Tinggalkan komentar